Pernahkah Anda berpikir, mengapa warna merah dan jingga dipilih sebagai warna lampu rem dan lampu sein? Nyatanya pemilihan warna tersebut bukan secara sembarang melainkan telah dipilih karena memiliki alasan secara ilmiah.
Pemilihan warna tersebut awalnya memang mengacu pada Vienna Convention on Road Traffic (1949) yang memilih warna merah untuk dipergunakan sebagai lampu kendaraan belakang. Hal ini didasari dengan adanya kemampuan mata manusia dalam menangkap warna dengan spektrum yang tinggi, yakni dengan panjang gelombang 400 hingga 700 nanometer (nm).
Apabila diurutkan terdapat perbedaan panjang gelombang pada setiap warna dimulai dari yang terendah hingga tertinggi, yaitu ungu (380-450 nm), biru (450-495 nm), hijau (495-570 nm), kuning (570-590 nm), jingga (590-620 nm) dan merah (620-750 nm). Dalam hal ini warna merah dan jingga menempati dua posisi pertama yang memiliki spektrum terpanjang, sehingga dipilih sebagai warna yang dapat dengan mudah direspon oleh mata.
Dikutip dari Detikoto (14/02/2019), alasan ini dibenarkan oleh Rifat Sungkar selaku pereli nasional dan direktur dari Rifat Drive Labs (RDL) "Hal ini memiliki keterkaitan dengan psikologis dan spektrum. Jika dilihat dari segi psikologis, merah adalah standarisasi warna yang mudah dimengerti oleh semua pengendara dan sudah disepakati sebagai warna untuk meningkatkan kewaspadaan dalam berlalu lintas." ungkapnya. Namun ditambahkan lebih lanjut oleh Rifat, terdapat perbedaan kebijakan dan regulasi warna lampu kendaraan pada setiap negara yang sudah melalui uji keselarasan dari masing-masing negara.